Anomali suhu udara tahunan adalah nilai selisih antara suhu udara pada tahun tertentu, terhadap suhu udara rata-rata tahunan selama 30 tahun (periode normal tahun 1991-2020). Berdasarkan data dari 91 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata periode 1991-2020 di Indonesia sebesar 26.8 oC dan suhu udara rata-rata tahun 2022 sebesar 27.0 oC, sehingga anomali suhu udara rata-rata tahun 2022 sebesar 0.2 oC.
Sepanjang periode pengamatan tahun 1981 hingga 2022, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C. Tahun 2022 menempati urutan ke-13 tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.2 °C. Peringkat kedua dan ketiga adalah tahun 2020 dan 2019 dengan nilai anomali sebesar 0.5 °C dan 0.4 °C. Sebagai perbandingan, suhu udara rata-rata global yang dirilis World Meteorological Organization (WMO) pada awal Desember 2020 masih menempatkan tahun 2016 sebagai peringkat pertama tahun terpanas global.
Anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada tahun 2022 yang diperoleh dari 91 stasiun pengamatan BMKG di Indonesia menunjukkan hampir seluruhnya bernilai anomali positif. Anomali tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Sentani - Jayapura (sebesar 0.8 oC), sedangkan anomali terendah tercatat di Stasiun Meteorologi Dumatubun Tual - Maluku Tenggara (sebesar -0.7 oC).
Perbedaan (selisih) antara suhu udara rata-rata tahun 2022 terhadap tahun 2021 menunjukkan sebagian besar stasiun pengamatan BMKG bernilai negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu udara rata-rata tahun 2022 relatif lebih dingin dibandingkan tahun 2021. Perbedaan suhu udara rata-rata yang terpanas adalah Stasiun Meteorologi Syukuran Aminudin Amir - Sulawesi Tengah (sebesar 0.7 oC), sedangkan perbedaan suhu udara rata-rata yang terdingin adalah Stasiun Meteorologi Maritim Bitung - Sulawesi Utara (sebesar -0.5 °C) di tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya.